PERSPEKTIF, ANTI DEFORESTASI EROPA

Dody Zuhdi
0

 



/

_Ilmu hikmah_


Wayan Supadno



Saat saya ditanya apa pandangan terhadap EUDR (regulasi anti deforestasi) yang dijalankan oleh Uni Eropa. Jawaban saya senyum saja. Itu sama artinya kita harus menghadapi kesulitan sekaligus mengatasinya.


Kadang kita lupa filosofi bahwa setiap di balik kesulitan sesungguhnya ada inovasi tersembunyi. Artinya kita harus meneliti sekaligus menghilirisasikannya. Sebagai solusinya. Itu prinsipnya.


Rantai pengetahuannya. Kesulitan karena aturan, penelitian agar dapat invensi, dihilirisasikan agar jadi inovasi, supaya jadi solusi dan akhirnya jadi pemenang karena bersinergi atau berkompetisi bisnisnya.


EUDR yang dijalankan Uni Eropa, berdampak serius bagi negara - negara sepanjang khatulistiwa termasuk Indonesia. Larangan perdagangan terhadap produk turunan dari sawit, kopi, kakao, kayu dan ternak. 


Padahal ini semua produk utama Indonesia, selain ternak. Diperkirakan oleh para ahli, Indonesia akan rugi minimal Rp 100 triliun/tahun. Karena Uni Eropa pasar utama Indonesia.


Sejak setahun silam, pandangan saya justru sebaliknya. Indonesia diuntungkan karena EUDR tersebut. Dipaksa agar makin cerdas dan inovasinya membumi. Menahan produknya. Sehingga cepat jadi negara maju.


Faktanya sekarang ? Yang nampak mata sawit dan kakao harganya naik tajam. Produk turunannya makin ke hilir. Padahal falsafahnya rezeki terbesar hasil bumi pada ruas paling hilir. Karena makin inovatif dan langka.


Tak ubahnya kita saat sekolah atau kuliah. Kenapa kita memilih yang favorit ? Pada dasarnya agar tiap hari soal - soalnya yang sulit - sulit saja. Bukan asalan seperti di sekolah asalan serba mudah.


Jika terbiasa menuntaskan soal ujian sulit maka makin terampil inovatif. Ini esensinya. Begitu juga proses menghadapi EUDR kali ini. Kita akan makin inovatif, tidak suka ekspor bahan mentah. Tanpa impor barang jadi. Ehm !


Contoh ;


Kakao.

Karena EUDR anti deforestasi. Menjamur pabrik olahan inovatif kakao termasuk UMKM milik kaum milenial di Indonesia. Seolah dipaksa keadaan agar sadar. Permintaan kakao naik, harga di petani naik 3 kali lipatnya. Petani kakao akan sejahtera.


Sawit. 

Karena pangsa pasar CPO di Eropa 6% dari total produksi CPO Indonesia 49 juta ton/tahun. Maka lahirlah inovasi membumi peningkatan Biodiesel Sawit. Baru dinaikkan dari B30 ke B35 saja naik tajam daya serapnya dalam negeri. 


Pangsa pasar minyak kernel sawit 34% dari 5,7 juta ton/tahun ke Eropa. Maka lahir Bioavtur bahan baku minyak kernel (PKO). Garuda Indonesia mengujinya berulang kali. Sukses. Permintaan naik, harga sawit petani naik tajam juga. Eropa gigit jari.


Kesimpulannya, saat ini sedang proses terbentuknya keseimbangan baru di dalam negeri. Antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan produk turunan yang dihadang Uni Eropa dengan EUDR, anti deforestasinya.


Ilmu hikmahnya, hanya 2 komoditas di atas memberikan ilham ke kita. Bahwa benar adanya peluang bisnis bersifat kekal, seperti energi. Saat terancam sekalipun tetap di baliknya ada peluang. Tentu karena inovasi dan hasil bumi yang selama ini belum kita hilirisasikan.



Salam Inovasi 🇮🇩

Wayan Supadno

Pak Tani

HP 081586580630

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)