ALAM SUMBER ILMU

Dody Zuhdi
0

 



Ilmu hikmah


Wayan Supadno



Banyak pengalaman orang tua kita dulu dalam bertani dengan memanfaatkan kearifan lokal. Turun temurun. Toh hasilnya juga masih sangat memuaskan. Tapi dengan dalih teknologi, warisan itu telah memudar.


pH Tanah


Singkatan dari _Potential of Hydrogen._ Sebagai alat kontrol _ion hidrogen_ di dalam larutan atau kalau dalam tanah berarti tanah yang dilarutkan. _Range_ nya antara 0 s.d 14. Terbaik untuk pertumbuhan tanaman adalah 7.


Jika pH tanah masam di bawah 7 maka dampaknya pemupukan tidak efisien dan efektif. Karena terikat oleh Al, Mn, Fe utamanya KCl dan TSP. Boros karena minim yang larut dan terkonsumsi oleh tanaman.


Solusinya pH tanah harus diketahui terlebih dulu sebelum memupuk. Caranya orang kampung air tanah terlarut celupkan kunyit yang dibelah. Jika pudar berarti pH rendah (masam). Jika biru berarti basa pH tinggi. Keduanya masalah serius.


Berikan kapur pertanian dolomit misalnya agar pH netral terlebih dulu. Barulah pemupukan bisa dilakukan dan efektif. Banyak petani minim labanya karena biaya produksi (HPP) tinggi. Karena pH masam dipaksa pupuk mahal. Salah fatal.


Bisa dibayangkan jika pH rendah 4 misalnya. Dipaksa pupuk NPK mahal pun tiada guna. Dipupuk hayati koloni tinggi pun tiada guna, karena pada mati. Sehingga daya manfaat dari biaya yang timbul, tidak ada. PH harus netral 6 s.d 8.


Fungisida Hayati.


Banyak petani suka menghambur - hamburkan biayanya justru untuk beli pestisida utamanya fungisida. Karena tindakan kuratif dan rehabilitatif. Sehingga biaya produksi tinggi, bahkan gagal panen. Atau labanya terlalu rendah.


Misal saja. _Antraknosa_ (Patek) pada cabai. Fusarium pada tomat, pisang dan cabe. Blas pada padi. _Plasmodiophora brassicae._ (Akar Gada) yang sangat ganas menular lewat tanah menyerang perakaran pada kubis. Banyak lagi.


Ini bisa dicegah ( preventif ) dengan cara membiakkan lawannya. Biocontrolnya. Yaitu _Trichoderma sp._ Pada pra tanam atau saat menanam. Sehingga saat tanaman tumbuh terlindungi dari ancaman patogen di atas. Cukup pada media tanam atau akarnya.


Cara membuatnya juga mudah. Nasi kemarin masukkan wadah, ditutup dengan kain saring warna hitam. Ditumpuk sampah daun bambu. Maka 12 hari lagi nasi akan berwarna hijau muda. Itulah _Trichoderma sp._ Rajanya dari semua jamur, parasitnya jamur.


Dengan begitu jika sudah berbiak massal pada akar dan tanaman. Maka akan melindungi, akan jadi tentaranya tanaman. Dari berbagai ancaman fungi patogen di atas. Praktis tanpa biaya fungisida yang mahal lagi. Yang menjadikan petani boros tidak bisa bersaing.


Tanaman, tanah dan petani maupun konsumen bebas dari logam berat fungisida. Kadang kita lupa, bahwa logam berat pada pestisida maupun herbisida jadi sebab retardasi mental pada anak - anak kita. Ingat IQ masyarakat kita rerata hanya 78 saja. Jauh dari harapan.


Pestisida Nabati 


Begitu juga dalam menghadapi hama yang mengancam tanaman kita. Jika tidak terlalu luas. Alangkah baiknya mulai dengan pestisida nabati. Misal ekstrak daun buah Bintaro. Hama apapun akan mati karenanya. Karena proses _nervus paralisis._


Itulah sebabnya kenapa batang, daun dan buah Bintaro tiada satupun hamanya. Utuh mulus sekali. Karena jika hama ada yang menggigit pasti mati karena mengandung Arsenik yang menjadikan saraf lumpuh, lalu otot pencernaan disfungsional.


Ilmu hikmahnya. Sesungguhnya Tuhan telah membekali kita ilmu di alam semesta begitu lengkapnya. Tinggal kita menggali dan mencarinya lalu memanfaatkannya. Ramah lingkungan makin dituntut agar kita sehat. Kita jaga alam, alam jaga kita.



Salam 🇮🇩

Wayan Supadno

Pak Tani

HP 081586580630

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)